Aksikamisan: Menggali Kearifan Lokal yang Hampir Terlupakan
Di tengah gempuran modernisasi dan informasi yang serba cepat, banyak kearifan lokal di Indonesia yang perlahan terkikis, bahkan hampir terlupakan. Salah satunya adalah Aksikamisan, sebuah tradisi lisan yang sarat makna dari suku Sasak di Lombok, Nusa https://www.aksikamisan.net/ Tenggara Barat. Tradisi ini bukan sekadar cerita pengantar tidur, melainkan cerminan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan turun-temurun. Aksikamisan adalah sebuah “kamis malam” atau lebih tepatnya “malam jumat” di mana para tokoh adat berkumpul dan menyampaikan pesan moral melalui cerita, pantun, dan nasihat.
Sejarah dan Makna Aksikamisan
Secara etimologi, Aksikamisan berasal dari dua kata, yaitu “Aksi” yang berarti ajang berkumpul, dan “Kamisan” yang merujuk pada malam Kamis atau malam Jumat. Tradisi ini biasanya dilaksanakan setiap malam Jumat, di mana para orang tua dan tokoh masyarakat berkumpul di rumah adat atau berugak (balai pertemuan). Dalam pertemuan tersebut, mereka tidak hanya berbincang santai, tetapi juga saling bertukar cerita dan nasihat. Cerita yang disampaikan seringkali berupa kisah-kisah legendaris, mitos, dan dongeng yang mengandung pesan moral, seperti pentingnya kejujuran, gotong royong, dan rasa hormat kepada sesama.
Peran Penting dalam Pewarisan Nilai
Aksikamisan berperan vital dalam menjaga dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada generasi muda. Melalui tradisi ini, anak-anak secara tidak langsung belajar tentang etika, norma, dan sejarah nenek moyang mereka. Pesan yang disampaikan dalam cerita-cerita tersebut tidak disampaikan secara langsung, melainkan dikemas dalam bentuk narasi yang menarik dan mudah dipahami. Misalnya, cerita tentang pahlawan lokal yang berani dan jujur, atau kisah tentang tokoh yang mementingkan kebersamaan. Hal ini membuat nilai-nilai luhur tersebut tertanam kuat dalam diri mereka tanpa terasa sedang digurui.
Tantangan dan Upaya Pelestarian
Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi Aksikamisan menghadapi tantangan besar. Globalisasi dan kemajuan teknologi membuat generasi muda lebih tertarik pada hiburan modern, seperti gawai dan media sosial. Ruang pertemuan fisik kini digantikan oleh ruang virtual. Akibatnya, frekuensi pelaksanaan Aksikamisan semakin menurun, dan banyak generasi muda yang tidak lagi mengenal tradisi ini.
Untuk mencegah kearifan lokal ini punah, berbagai upaya pelestarian perlu dilakukan. Pemerintah daerah, tokoh adat, dan komunitas harus bekerja sama untuk menghidupkan kembali tradisi ini. Misalnya, dengan mengadakan festival budaya yang menampilkan Aksikamisan, atau mengintegrasikan cerita-cerita Aksikamisan ke dalam kurikulum sekolah. Media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk memperkenalkan tradisi ini kepada khalayak yang lebih luas, misalnya dengan membuat konten video pendek yang menarik tentang cerita-cerita Aksikamisan. Dengan demikian, kearifan lokal yang hampir terlupakan ini dapat kembali bersinar dan terus diwariskan kepada generasi mendatang.